MUHAMMAD BIN JARIR ATH-THABARI (224 H- 310 H)
Mufassirin Dan Sejarawan terkemuka Islam
“Aku belum pernah tahu bahwa di kolong langit ini ada manusia
yang lebih tinggi ilmunya dari Muhammad bin Jarir Ath-Thabari.”
(Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah)
Profil
Nama
Imam Ath-Thabari adalah Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib.
Nama kuniyah atau panggilannya adalah Abu Ja’far. Kelahirannya menurut
pendapat yang paling rajih ialah pada tahun 224 H. Tetapi ada yang mengatakan beliau
lahir pada tahun 225 H. Sedangkan kelahirannya di Amal, yaitu daerah yang subur
di daerah Thabaristan
Ciri-ciri fisik
Sifat
fisik Imam ath-Thabari adalah berkulit sawo matang, bermata lebar, berbadan
kurus dan tinggi, fasih cara bicaranya, rambut dan jenggotnya berwarna hitam
sampai meninggal.
Semangatnya
Mencari Ilmu
Imam
Abu Ja’far merupakan sosok yang haus akan ilmu, memfokuskan dan mengabdikan
diri dalam urusan ilmu merupakan unsur utama penyebab beliau tetap membujang
sampai meninggal tanpa menikah dengan siapa pun. Ilmu telah menyibukkannya dan
memberikan kenikmatan dan kelezatan tersendiri yang tidak tidak akan pernah
dirasakan kecuali bagi yang telah menjalaninya. Ketika seseorang tenggelam
dalam lautan ilmu di masa muda, maka urusan menikah akan sering terabaikan.
Ketika
usiabeliau sudah mencapai 35-40 tahun dan tersibukkan dalam majelis ilmu, maka
keinginan menikah serasa menghilang. Tidak menikah berarti waktu tidak akan
tersita mengurus istri, anak dan keturunan, sehingga pikiran dapat terfokus
pada ilmu dan pengetahuan. Dilahapnya kitab yang berjilid-jilid, waktu belajar
dan berkarya juga lebih optimal dengan status bujang beliau
Berangkat dari sinilah, Abu ja’far ath-Thabari
banyak menelurkan karya-karya masterpiece, ilmunya begitu mendalam, lebih
banyak waktu mengajarnya sehingga manusia bisa merasakan manfaat darinya secara
umum
Akhlaknya yang
mulia
Beliau
terkenal dengan sosok yang berbudi santun. Apabila Abu ja’far diberi
hadiah, maka apabila dia dapat membalas hadiah itu dengan lebih baik, hadiah
itu akan diterima. Namun, apabila dia tidak mampu, maka hadiah itu akan ditolak
dengan ramah disertai permintaan maaf kepada pemberi hadiah. Bahkan Abdul Aziz
bin Muhammad mengatakan, bahwa beliau selalu bersikap ramah terhadap sesama,
merasa seperti ada yang kurang apabila ada temannya yang tidak hadir di suatu
majelis, dan selalu menjaga etika pergaulan. Akhlaknya sangat indah ketika
makan, berpakaian, menjalankan kesehariannya yang bersifat pribadi dan mudah
bergaul.
Kezuhudan dan
kewara’annya
Beliau
adalah seorang yang zuhud, wira’i, khusyu’, amanah, beramal dengan niat tulus
sebagaimana hal tersebut ditunjukkan dalam karyanya, Adab an-Nufus
Al-Jayyidah wa Al-Akhlaq Al Hamidah. Beliau mengetahui hakekat dunia, oleh
karena itu dia meninggalkan dunia dan pemuja urusan dunia. Dan juga menjalankan
perkara yang haq tanpa takut celaan dan hinaan manusia.
Kecerdasan dan
Kemampuan Hafalannya
Beliau
telah dikaruniai oleh Allah kelebihan kecerdasan yang luar biasa, akal yang
tajam, hati yang jernih dan kemampuan menghafal yang jarang dimiliki manusia.
Kelebihan ini telah diperhatikan ayahnya, sehingga ia berusaha mendukungnya
untuk menimba ilmu sewaktu dia masih kanak-kanak. Terbukti bahwa beliau telah
menghapal Al-Qur’an pada usia tujuh tahun, menjadi imam sholat pada usia
delapan tahun dan menulis hadits di usia sembilan tahun
Guru dan
murid-muridnya
Para
guru Ath-Thabari sebagaimana yang disebutkan Adz-Dzahabi adalah : 1) Muhammad
bin Abdul Malik bin Abi Asy-Syawarib 2) Ismail bin Musa As-Sanadi 3) Muhammad
bin Abi Ma’syar 4) Muhammad bin Hamid Ar-Razi 5) Abu kuraib bin Muhammad Ibnul
ala’ 6) Ishaq bin Abi Israel 7) Ahmad bin Mani’ 8) Hannad bin As-Sarri 9) Abu Hamman As-Sukuni
10) Muhammad bin Al-Mutsanna 11) Sufyan bin Waqi’ 12) Al-Fadhl bin Ash-Shabbah
13) Abdah bin Abdullah Ash-Shaffar
Sedangkan
murid-muridnya ialah : 1) Abu Syuaib Abdillah bin Al-Hasan Al-Harrani 2) Abul
Qasin Ath-Thabarani 3) Ahmad bin kamil Al-Qadhi 4) Abu bakar Asy-Syafi’i 5)
Ahmad bin Al-Qasim Al-Khasysyab 6) Abdul Ghaffar bin Ubaidillah Al-Hudhaibi
7)Abu Al-Mufadhdhal Muhammad bin Abdillah Asy-Syaibani 8)Abu ahmad ibnu adi 9)
Mukhallad bin Ja’far Al-Baqrahi 10) Abu muhammad ibnu Zaid Al-Qadhi 11) Abu Amr
muhammad bin ahmad bin hamdan 12) Abu ja’far bin Ahmad bin ali Al-katib 13)
Abdul Ghaffar bin Ubaidillah Al-Hudaibi 14) Mu’alla bin said
Karya-karyanya
1)
Jami’
Al-Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an yang lebih dikenal kitab Tafsir Ath-Thabari
2)
Tarikh
umam wa Al-Muluk yang masyhur disebut kitab Tarikh Ath-Thabari
3)
Ikhtilaf
ulama’ Al-Amshar fi Ahkam Syara’i Al-Islam yang juga disebut kitab Ikhtilaf
Al-Fuqaha
4)
Lathif
Al-Qaul fi Ahkam Syar’i Al- Islam, yaitu fikih Al-Jariri
5)
Ar-raddu
ala Dzi al-asfar, yaitu kitab yang berisi bantahannya terhadap Ali dawud bin
Ali Azh-Zhahiri
6)
Adab
An-Nufus Al-Jayyidah wa Al-Akhlaq Al-Hamidah
7)
At-Tafsir
fi Ma’alim Ad-din
8)
Sharih
As-Sunnah
9)
Adab
Al-Qudhah
10)
Al-Musnad
Al-Mujarrad
11)
Al-Mujiz
fi Al-Ushul
12)
Dzail
al-Mudzil
Meninggalnya
Beliau
meninggal pada waktu sore hari Ahad, dua hari sisa bulan Syawal tahun 310 H.
Beliau dimakamkan di rumahnya, di Mihrab Ya’qub, Baghdad. Ibnu kamil berkata
menjelang hembusan nafas terkhir Ibnu jarir Ath-Thabari, “ Wahai Abu Ja’far,
Kamu adalah hujjah antara kami dengan Allah atas agama kami. Berikan suatu
wasiat kepada kamiuntuk urusan agama kami.
Kami sangat mengharap hal tersebut.” Kemudian beliau menjawab,” Wasiatku
kepada kalian adalah kerjakanlah apa yang telah aku tulis dalam kitab-kitabku dan
jangan menyalahinya. Perbanyak mengerjakan sholat dan dzikir.” Setelah itu
beliau mengusapkan kedua tangan ke wajahnya untuk memejamkan mata dengan
membentangkan jari-jari tangannya. Pada saat itulah, ruhnya meninggalkan raga.
Komentar para ulama
Imam
ath-Thabari menguasai banyak ilmu yang tidak seorang ulama pun di masanya
seperti dirinya. Beliau mampu menghafal Al-Qur’an berikut qiraatnya (cara
membacanya) dan mengetahui makna beserta
hukum-hukum yang dikandungnya.
Adz-Dzahabi
berkata,” Abu ja’far ath-Thabari adalah orang yang tsiqah, shadiq,
dan hafidz. Dia merupakan tokoh terdepan dalam dunia tafsir, imam dalam
bidang fiqih, ijma’ dan masalah ikhtilaf (perbedaan). Dia
memiliki ilmu yang luas, bahkan juga Ahli dalam bidang Sejarah, menguasai
qiraat Al-Qur’an,bahasa dan masih banyak yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar