Rabu, 07 Desember 2016

MUHAMMAD BIN JARIR ATH-THABARI



MUHAMMAD BIN JARIR ATH-THABARI (224 H- 310 H)
Mufassirin Dan Sejarawan terkemuka Islam
Aku belum pernah tahu bahwa di kolong langit ini ada manusia yang lebih tinggi ilmunya dari Muhammad bin Jarir Ath-Thabari.”
(Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah)
Profil
            Nama Imam Ath-Thabari adalah Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib. Nama kuniyah atau panggilannya adalah Abu Ja’far. Kelahirannya menurut pendapat yang paling rajih ialah pada tahun 224 H. Tetapi ada yang mengatakan beliau lahir pada tahun 225 H. Sedangkan kelahirannya di Amal, yaitu daerah yang subur di daerah Thabaristan
Ciri-ciri fisik
            Sifat fisik Imam ath-Thabari adalah berkulit sawo matang, bermata lebar, berbadan kurus dan tinggi, fasih cara bicaranya, rambut dan jenggotnya berwarna hitam sampai meninggal.
Semangatnya Mencari Ilmu
            Imam Abu Ja’far merupakan sosok yang haus akan ilmu, memfokuskan dan mengabdikan diri dalam urusan ilmu merupakan unsur utama penyebab beliau tetap membujang sampai meninggal tanpa menikah dengan siapa pun. Ilmu telah menyibukkannya dan memberikan kenikmatan dan kelezatan tersendiri yang tidak tidak akan pernah dirasakan kecuali bagi yang telah menjalaninya. Ketika seseorang tenggelam dalam lautan ilmu di masa muda, maka urusan menikah akan sering terabaikan.
Ketika usiabeliau sudah mencapai 35-40 tahun dan tersibukkan dalam majelis ilmu, maka keinginan menikah serasa menghilang. Tidak menikah berarti waktu tidak akan tersita mengurus istri, anak dan keturunan, sehingga pikiran dapat terfokus pada ilmu dan pengetahuan. Dilahapnya kitab yang berjilid-jilid, waktu belajar dan berkarya juga lebih optimal dengan status bujang beliau
 Berangkat dari sinilah, Abu ja’far ath-Thabari banyak menelurkan karya-karya masterpiece, ilmunya begitu mendalam, lebih banyak waktu mengajarnya sehingga manusia bisa merasakan manfaat darinya secara umum
Akhlaknya yang mulia
            Beliau terkenal dengan sosok yang berbudi santun. Apabila Abu ja’far diberi hadiah, maka apabila dia dapat membalas hadiah itu dengan lebih baik, hadiah itu akan diterima. Namun, apabila dia tidak mampu, maka hadiah itu akan ditolak dengan ramah disertai permintaan maaf kepada pemberi hadiah. Bahkan Abdul Aziz bin Muhammad mengatakan, bahwa beliau selalu bersikap ramah terhadap sesama, merasa seperti ada yang kurang apabila ada temannya yang tidak hadir di suatu majelis, dan selalu menjaga etika pergaulan. Akhlaknya sangat indah ketika makan, berpakaian, menjalankan kesehariannya yang bersifat pribadi dan mudah bergaul.
Kezuhudan dan kewara’annya
            Beliau adalah seorang yang zuhud, wira’i, khusyu’, amanah, beramal dengan niat tulus sebagaimana hal tersebut ditunjukkan dalam karyanya, Adab an-Nufus Al-Jayyidah wa Al-Akhlaq Al Hamidah. Beliau mengetahui hakekat dunia, oleh karena itu dia meninggalkan dunia dan pemuja urusan dunia. Dan juga menjalankan perkara yang haq tanpa takut celaan dan hinaan manusia.
Kecerdasan dan Kemampuan Hafalannya
            Beliau telah dikaruniai oleh Allah kelebihan kecerdasan yang luar biasa, akal yang tajam, hati yang jernih dan kemampuan menghafal yang jarang dimiliki manusia. Kelebihan ini telah diperhatikan ayahnya, sehingga ia berusaha mendukungnya untuk menimba ilmu sewaktu dia masih kanak-kanak. Terbukti bahwa beliau telah menghapal Al-Qur’an pada usia tujuh tahun, menjadi imam sholat pada usia delapan tahun dan menulis hadits di usia sembilan tahun
Guru dan murid-muridnya
            Para guru Ath-Thabari sebagaimana yang disebutkan Adz-Dzahabi adalah : 1) Muhammad bin Abdul Malik bin Abi Asy-Syawarib 2) Ismail bin Musa As-Sanadi 3) Muhammad bin Abi Ma’syar 4) Muhammad bin Hamid Ar-Razi 5) Abu kuraib bin Muhammad Ibnul ala’ 6) Ishaq bin Abi Israel 7) Ahmad bin Mani’ 8)  Hannad bin As-Sarri 9) Abu Hamman As-Sukuni 10) Muhammad bin Al-Mutsanna 11) Sufyan bin Waqi’ 12) Al-Fadhl bin Ash-Shabbah 13) Abdah bin Abdullah Ash-Shaffar

            Sedangkan murid-muridnya ialah : 1) Abu Syuaib Abdillah bin Al-Hasan Al-Harrani 2) Abul Qasin Ath-Thabarani 3) Ahmad bin kamil Al-Qadhi 4) Abu bakar Asy-Syafi’i 5) Ahmad bin Al-Qasim Al-Khasysyab 6) Abdul Ghaffar bin Ubaidillah Al-Hudhaibi 7)Abu Al-Mufadhdhal Muhammad bin Abdillah Asy-Syaibani 8)Abu ahmad ibnu adi 9) Mukhallad bin Ja’far Al-Baqrahi 10) Abu muhammad ibnu Zaid Al-Qadhi 11) Abu Amr muhammad bin ahmad bin hamdan 12) Abu ja’far bin Ahmad bin ali Al-katib 13) Abdul Ghaffar bin Ubaidillah Al-Hudaibi 14) Mu’alla bin said
Karya-karyanya

1)      Jami’ Al-Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an yang lebih dikenal kitab Tafsir Ath-Thabari
2)      Tarikh umam wa Al-Muluk yang masyhur disebut kitab Tarikh Ath-Thabari
3)      Ikhtilaf ulama’ Al-Amshar fi Ahkam Syara’i Al-Islam yang juga disebut kitab Ikhtilaf Al-Fuqaha
4)      Lathif Al-Qaul fi Ahkam Syar’i Al- Islam, yaitu fikih Al-Jariri
5)      Ar-raddu ala Dzi al-asfar, yaitu kitab yang berisi bantahannya terhadap Ali dawud bin Ali Azh-Zhahiri
6)      Adab An-Nufus Al-Jayyidah wa Al-Akhlaq Al-Hamidah
7)      At-Tafsir fi Ma’alim Ad-din
8)      Sharih As-Sunnah
9)      Adab Al-Qudhah
10)  Al-Musnad Al-Mujarrad
11)  Al-Mujiz fi Al-Ushul
12)  Dzail al-Mudzil
Meninggalnya
            Beliau meninggal pada waktu sore hari Ahad, dua hari sisa bulan Syawal tahun 310 H. Beliau dimakamkan di rumahnya, di Mihrab Ya’qub, Baghdad. Ibnu kamil berkata menjelang hembusan nafas terkhir Ibnu jarir Ath-Thabari, “ Wahai Abu Ja’far, Kamu adalah hujjah antara kami dengan Allah atas agama kami. Berikan suatu wasiat kepada kamiuntuk urusan agama kami.  Kami sangat mengharap hal tersebut.” Kemudian beliau menjawab,” Wasiatku kepada kalian adalah kerjakanlah apa yang telah aku tulis dalam kitab-kitabku dan jangan menyalahinya. Perbanyak mengerjakan sholat dan dzikir.” Setelah itu beliau mengusapkan kedua tangan ke wajahnya untuk memejamkan mata dengan membentangkan jari-jari tangannya. Pada saat itulah, ruhnya meninggalkan raga.
Komentar para ulama
            Imam ath-Thabari menguasai banyak ilmu yang tidak seorang ulama pun di masanya seperti dirinya. Beliau mampu menghafal Al-Qur’an berikut qiraatnya (cara membacanya) dan  mengetahui makna beserta hukum-hukum yang dikandungnya.
            Adz-Dzahabi berkata,” Abu ja’far ath-Thabari adalah orang yang tsiqah, shadiq, dan hafidz. Dia merupakan tokoh terdepan dalam dunia tafsir, imam dalam bidang fiqih, ijma’ dan masalah ikhtilaf (perbedaan). Dia memiliki ilmu yang luas, bahkan juga Ahli dalam bidang Sejarah, menguasai qiraat Al-Qur’an,bahasa dan masih banyak yang lain.

0 komentar:

Posting Komentar