Sabtu, 21 Oktober 2017

Astronomi, Sejarah dan Perkembangannya

 Astronomi-Sejarah-dan-Perkembangannya-ilmuhaiah-atau-yang-dikenal-dengan-ilmu.html

Ilmu Hai’ah atau yang dikenal dengan Ilmu Astronomi dalam bahasa Yunani, adalah ilmu yang membahas benda-benda langit(seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi), serta fenomena-fenomena yang terjadi di luar bumi dan peredarannya sesuai orbit masing-masing. Dalam ilmu ini juga dibahas mengenai ukuran, jarak, serta akibat yang ditimbulkan oleh peredaran semua benda tersebut. Misalnya, perubahan siang-malam, pergantian bulan, gerhana, serta pembentukan kalender. Di samping itu, gerhana matahari dan bulan juga bisa diketahui kapan terjadinya melalui ilmu ini.

Ilmu ini merupakan salah satu ilmu tertua yang telah digeluti oleh bangsa-bangsa prasejarah seperti Asyur,  Kaldan, Fenisia,  Mesir, India, Cina, Arab baik pada masa jahiliyah atau setelah datangnya Islam, dan beberapa bangsa-bangsa kuno yang lain.
Pythagoras(507-495 SM) adalah seorang filsuf yunani yang merupakan merupakan salah satu ilmuan tertua yang menekuni ilmu matematika dan metafisika. Dia juga menjadi pengajar di sebuah sekolah yang bertempat di kota Crotone Italia sekitar lima ratus tahun sebelum lahirnya Nabi Isa AS. Di antara pemikirannya yang terkenal adalah mengenahi peredaran bumi. Menurut dia, bumi berputar pada porosnya. Sedangkan perputaran matahari dan bulan dari timur(tempat terbit) ke barat(tempat terbenam), adalah disebabkan karena perputaran bumi tersebut(pada porosnya), bukan karena perputaran cakrawala. Ini merupakan pemikiran yang diikuti mayoritas orang setelahnya.
Kemudian berdirilah sebuah sekolah yang dibangun oleh kekaisaran Ptolemaeus di Iskandaria. Sekolah inilah yang pertama kali membuat alat pengukur sudut(Busur), sekaligus yang pertama membuatnya. Di antara guru besarnya antara lain; Hipparkhos(150 SM),  Ptolemaeus(140 SM) dll. Ptolemaeus menulis buku yang berjudul al-Kitab al-Mijisti(Almagest: Inggris) yang di dalamnya terdapat pernyataannya mengenahi peredaran bumi. Menurut dia bumi tidak berputar pada porosnya, dia juga menyatakan bahwa perubahan dari siang ke malam adalah disebabkan oleh berputarnya matahari mengitari bumi. Pendapat ini dikenal dengan Teori Geosentris dan dipelajari serta meyebar keberbagai penjuru dengan pesat, karena didukung oleh kekaisaran Romawi yang berkuasa saat itu.

Pendapat yang diungkapkan oleh Ptolemaeus ini diadopsi oleh al-Farabi ahli filsafat islam abad keempat hijriyah yang kemudian diikuti Ibnu Sina dan para filsuf Islam setelah beliau. Pendapat ini yang kemudian masyhur di kalangan intelektual muslim saat itu, mereka berpegangan pada pendapat ini dan banyak di jadikan pijakan diberbagai pembahasan dan kerangannya.  Sebagian dari mereka menerima dan mengujinya secara ilmiah, mengambil intinya serta membuang pendapat yang dianggap kurang benar. Bahkan beberapa ahli tafsir mengarahkan beberapa ayat al-Qur’an pada pembahasan ini.
Akan tetapi, pada abad ke-16 M lahirlah seorang ilmuan yang bernama Nicolaus Copernicus di kota Borussia Jerman. Dia adalah orang yang ahli dalam ilmu Matematika, di samping itu dia juga mendalami ilmu Astronomi. Nicolaus mengikuti pendapat Pythagoras mengenahi perputaran bumi dan menetapakan bahwa “Bumi berputar pada porosnya dan matahari sebagai pusat tata surya di mana bumi dan planet yang lain mengitarinya”, teori ini dikenal dengan Teori Heliosentrisme. Selain Nicolaus, mayoritas ilmuan saat itu dan setelahnya mengikuti apa yang dicetuskan oleh Pythagoras. Di antaranya; Tycho Brahe(Denmark, 1582 M), Johannen Kepler(Jerman, 1654 M) dan Galilio Galilei(Itali, 1649 M) yang semuanya sepakat bahwa bumi dan planet-planet yang lain berputar mengelilingi matahari.
 Astronomi-Sejarah-dan-Perkembangannya-ilmuhaiah-atau-yang-dikenal-dengan-ilmu.html

Planet pertama dan merupakan yang terdekat dengan matahari adalah Mercurius diikuti oleh Venus/Vesper, Bumi(bulan berputar mengelilinginya), Mars, Jupiter, Saturnus dan yang terakhir Pluto.
Para ilmuan menguatkan pendapat ini dengan mepraktekkan pada ilmu pasti (mathematics), dan membantah teori geosentris yang di ungkapkan oleh Ptolemaeus dan orang setelahnya. Nicolas termasuk orang yang paling terkenal di antara orang yang menganut teori heliosentrisme, dia menulis buku tentang perputaran benda-benda langit yang berjudul Harakat al-Ajram as-Samawiyah (On the Revolutions of the Heavenly Spheres), yang diterbitkan pada tahun 1543. Dalam buku tersebut, Nicolaus mencantumkan kata-kata berikut:
“Ada beberapa 'pembual' yang berupaya mengkritik karya saya, padahal mereka sama sekali tidak tahu matematika, dan dengan tanpa malu menyimpangkan makna beberapa ayat dari Tulisan-Tulisan Kudus agar cocok dengan tujuan mereka, mereka berani mengecam dan menyerang karya saya; saya tidak khawatir sedikit pun terhadap mereka, bahkan saya akan mencemooh kecaman mereka sebagai tindakan yang gegabah”.

Dia mengungkapkan kata-kata tersebut karena begitu santernya orang-orang yang mengkritik pendapatnya seperti Christoph Clavius, seorang imam Yesuit pada abad ke-16, mengatakan, "Teori Kopernikus memuat banyak pernyataan yang tidak masuk akal atau salah". Teolog Jerman, Martin Luther, menyayangkan, "Si dungu itu akan mengacaukan seluruh ilmu astronomi”. Yang pada akhirnya pihak gereja menghukum Nicolaus karena teorinya bertentangan dengan kitab suci mereka. Pihak gereja melarang untuk mempublikasikan dan membaca buku Nicolaus. Akan tetapi, buku dan pemikiran Nicolaus tetap tersebar luas sehinggga dikenal dengan Teori Copernicus.
Sedangkan Galilio Galilei(1564-1642 M), di samping merupakan pendukung teori copernicus, dia juga merupakan orang yang pertama kali menyempurnakan alat pembesar(teleskop) dalam Ilmu Astronomi. Dengan alat ini, semua yang belum diketahui sebelumnya bisa terungkap.

Kemudian pada awal abad ke-18, Isaac Newton(1643-1727 M) menemukan teori Gravitasi yang menundukkan/mengatur  semua benda langit. Teori ini diperjelas dan ditetapkan oleh Pierre-Simon de Laplace. Newton berhasil menunjukkan bahwa bumi dan benda-benda luar angkasa diatur oleh hukum yang sama. Ia membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi antara hukum gerak planet Kepler dengan teori gravitasinya. Teori ini akhirnya menyirnakan keraguan para ilmuwan akan Heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah.
Setelah itu, muncullah ilmuan-ilmuan di dataran eropa yang mengikuti Heliosentrisme(matahari sebagai pusat tata surya) sehinnga teori ini dikenal diseluruh penjuru benua tersebut. Sehinnga mereka menganggap ini adalah tori baru yang tidak sama dengan tori gereja yang menganut paham Geosentris, padahal teori ini sebenarnya adalah teori lama yang dicetuskan oleh Pythagoras berabad-abad yang lalu.


Karena itulah, kedua teori di atas(heliosentris dan geosentris) banyak disebutkan oleh ilmuan-ilmuan muslim dalam beberapa kitabnya sebelum Nicolaus Copernicus dan setelahnya. Seperti Syekh al-‘Allamah ‘Adudhud-Din bin Abdurrahman bin Ahmad(756 H) dalam kitab monumentalnya yang berjudul Al-Mawaqif. Beliau menyebutkan dua teori gerak berputarya bumi dengan gamblang sebelum akhirnya menanggapi teori tersebut. 
Lokasi: Pasuruan, Pasuruan City, East Java, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar