Sabtu, 10 Maret 2018

Modus Aliran Kebatinan

Modus Aliran Kebatinan


Dalam kitab Risâlah Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah, KH. Hasyim Asyari menerangkan bahwa sekitar seratus abad lebih merebak segala aliran yang ada di Nusantara, termasuk di antaranya adalah aliran kebatinan. Aliran yang mempunyai konsep dasar orang yang telah mencapai maqam (tingkatan) mahabbah (cinta kepada Allah Swt) dan mendapat kesucian hati, tidak perlu mengamalkan syariat, tetapi cukup dengan hakikat.

Ketika seseorang telah sampai ke tingkatan ini, ia tidak wajib melakukan ibadah-ibadah dzahir, tetapi cukup merenung (tafakkur) dan memperbaiki akhlaq hati. Kaum kebatinan biasanya menyebarkan aliran ini dengan beberapa modus yang sering mereka lontarkan di antaranya penyebaran isu bahwa dirinya seorang wali Allah Swt yang telah mencapai makrifat, memiliki karamah seperti halnya para waliyullah, menampakkan bahwa dirinya mengetahui perkara gaib, dan meremehkan para ulama yang konsisten dengan ajaran syari’at.

Maka, jangan pernah percaya terhadap orang yang mengaku bahwa dirinya sudah makrifat namun menyalahi syariat, sebab dalam agama Islam yang menjadi ukuran seseorang adalah ajaran syariat (melaksanakan perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya) bukan ia bisa terbang di udara atau berjalan di atas air namun ia menyalahi ajaran syariat dengan melakukan larangan dan meninggalkan kewajiban tanpa ada uzur, maka ulama mengatakan dia sebenarnya adalah setan yang diciptakan oleh Allah Swt sebagai fitnah bagi orang-orang awam.

Diceritakan ada Seseorang laki-laki berkata kepada al-Junaid al-Baghdadi, “Orang yang makrifat kepada Allah akan mencapai maqam tidak bergerak (tidak melaksanakan kewajiban) untuk mendekatkan diri kepada Allah.” Al-Junaid menjawab: “Mencuri dan berzina masih lebih baik dari pada berkata seperti ini. Imam al-Zabidi dalam Syarhu Ihya’ mengatakan kebatinan itu adalah kekufuran, kezindiqan dan kesesatan.”

Selain itu, kita jangan terlalu percaya terhadap pengakuan kewalian seseorang. Sebab mencapai maqam Auliya Illah (wali-wali Allah) adalah bukan hal yang sembarangan. Derajat wali diberikan pada hamba-hamba pilihan Allah Swt. Al-Imam al-Hafizh Abu Nu’aim al-Ashfihani berkata dalam Hilyah al-Auliya’ wa Thabaqat al-Ashfiya’, “Sesungguhnya para wali Allah itu memiliki sifat-sifat yang jelas dan tanda-tanda yang terang.

Walhasil, aliran kebatinan merupakan aliran yang sama sekali tidak berdasar dari agama Islam. KH. Ahmad Idris Marzuqi berkata, “Dalam Islam, syariat mesti didahulukan dan diutamakan. Sedangkan aliran kebatinan sama sekali tidak mengindahkan syariat, sehingga aliran ini jelas batil.
Fajar Shodiq/Tauiyah

Lokasi: Sidogiri, Kraton, Pasuruan, East Java, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar