(Fenomena
Apelativa Wahabi)
Sebuah
kitab cetakan Universitas Islam Ibnu Saud yang berada di bawah naungan resmi
kerajaan Arab Saudi berjudul, Muhammad Ibnu Abdi al-Wahab; Ameliorater yang
terzalimi dan dianggap jahat ditulis oleh seorang Wahabi bernama Mas’ud
an-Nadawi. Kitab yang telah ditashih oleh dua orang doktor bernama Abdu al-Alim
dan Taqiyu ad-Din ini menjelaskan buah manis hasil dari dakwah (Syekh) Ibnu
Abdil Wahab dan beberapa kebohongan-kebohongan yang dialamatkan ke padanya.
Fenomena yang ‘menarik’,
kitab ini menyebutkan bahwa salah satu dari kebohongan itu adalah penyematan
nama ‘Wahabi’ pada gerakan dakwah Ibnu Abdil Wahab sebagai nama konseptornya
(baca: apelativa). Dalam skala yang lebih kecil, hal ini serupa dengan kasus
ada orang bernama ‘Ahmad’ dan ia sudah terkenal dengan nama itu, namun tidak mau
mengakuinya.
Nadawi
beranggapan jika memang ada penisbahan pada dakwah Ibnu Abdil Wahab harusnya
diberi nama ‘Muhammadi’. Alasannya, karena ‘Wahab’ adalah nama orang tua Ibnu
Abdil Wahab. Orang pertama yang dituduh telah menyebarkan nisbah ini ketika
Ibnu Abdil Wahab masih hidup adalah Sulaiman bin Muhammad (w. 1181).
Mas’ud
Nadawi sebenarnya tidak sendirian, Hamid al-Qafi dan Fauzan (dua-duanya Wahabi)
bahkan mengusulkan agar penisbahan diganti saja menjadi ‘Muhammadiyah’. Ada apa
dengan nama Wahabi? Mengapa orang Wahabi sendiri enggan dipangil Wahabi?
Syekh
Dr. Said Ramadhan al-Buthi dalam kitabnya berjudul Salafiya Marhalah
Zamaniyah Mubarakah La Madzhab Islami mengurai alasan mengapa mereka merasa
‘jijik’ dengan panggilan Wahabi. Ketika disebutkan kata Wahabi maka yang akan
tergambar dalam otak adalah kekerasan dan hal-hal lain yang mengandung muatan
destruktif. Siapapun yang mengetahui sejarah Arab Saudi pasti tahu bahwa dalam
penyebarannya, Wahabi tidak pernah lepas dari tumpah darah kaum Muslim Najd.
Begitu
kuatnya image jelek yang melekat pada nama Wahabi, Hasan bin farhan
dalam mukadimah kitabnya sebelum masuk ke pembahasan, mengingatkan bahwa
pemakaian kata ‘Wahabi’ di tengah pembahasan bukanlah ‘Wahabi’ yang dikenal
banyak orang.
Para ustad Wahabi
Indonesia berusaha memberi ‘jajanan’ motivasi kepada jemaatnya dengan
mengatakan bahwa ajaran Wahabi sesuai dengan ajaran Nabi. Hal ini, karena
banyaknya yang malu ketika ditanya, apakah anda Wahabi?
Sekalipun
tidak mau pada nama ‘Wahabi’, kitab ulama mereka dan sejarah telah menjadi
saksi bisu kebanggaan golongan tersebut pada nama ini. Syekh panutan Wahabi,
Bin Baz menyebutkan dalam kitabnya, Fatawa Nur Alad Darbi bahwa nama
Wahabi adalah julukan yang mulia, dan menunjukan bahwa pemiliknya adalah ahli
tauhid. Adapun pernyataan an-Nadawi yang mengatakan nisbah yang tepat adalah ‘Muhamadiyah’
telah ditolak oleh orang Wahabi sendiri dalam buku berjudul Daiyah wa Laisa
Nabiyan.
Tamam/Madinah
0 komentar:
Posting Komentar