Sabtu, 16 Desember 2017

Malu Aku dipanggil Wahabi

 Malu Aku dipanggil Wahabi

(Fenomena Apelativa Wahabi)
            Sebuah kitab cetakan Universitas Islam Ibnu Saud yang berada di bawah naungan resmi kerajaan Arab Saudi berjudul, Muhammad Ibnu Abdi al-Wahab; Ameliorater yang terzalimi dan dianggap jahat ditulis oleh seorang Wahabi bernama Mas’ud an-Nadawi. Kitab yang telah ditashih oleh dua orang doktor bernama Abdu al-Alim dan Taqiyu ad-Din ini menjelaskan buah manis hasil dari dakwah (Syekh) Ibnu Abdil Wahab dan beberapa kebohongan-kebohongan yang dialamatkan ke padanya.

Fenomena yang ‘menarik’, kitab ini menyebutkan bahwa salah satu dari kebohongan itu adalah penyematan nama ‘Wahabi’ pada gerakan dakwah Ibnu Abdil Wahab sebagai nama konseptornya (baca: apelativa). Dalam skala yang lebih kecil, hal ini serupa dengan kasus ada orang bernama ‘Ahmad’ dan ia sudah terkenal dengan nama itu, namun tidak mau mengakuinya.

            Nadawi beranggapan jika memang ada penisbahan pada dakwah Ibnu Abdil Wahab harusnya diberi nama ‘Muhammadi’. Alasannya, karena ‘Wahab’ adalah nama orang tua Ibnu Abdil Wahab. Orang pertama yang dituduh telah menyebarkan nisbah ini ketika Ibnu Abdil Wahab masih hidup adalah Sulaiman bin Muhammad (w. 1181).

            Mas’ud Nadawi sebenarnya tidak sendirian, Hamid al-Qafi dan Fauzan (dua-duanya Wahabi) bahkan mengusulkan agar penisbahan diganti saja menjadi ‘Muhammadiyah’. Ada apa dengan nama Wahabi? Mengapa orang Wahabi sendiri enggan dipangil Wahabi?

            Syekh Dr. Said Ramadhan al-Buthi dalam kitabnya berjudul Salafiya Marhalah Zamaniyah Mubarakah La Madzhab Islami mengurai alasan mengapa mereka merasa ‘jijik’ dengan panggilan Wahabi. Ketika disebutkan kata Wahabi maka yang akan tergambar dalam otak adalah kekerasan dan hal-hal lain yang mengandung muatan destruktif. Siapapun yang mengetahui sejarah Arab Saudi pasti tahu bahwa dalam penyebarannya, Wahabi tidak pernah lepas dari tumpah darah kaum Muslim Najd.

            Begitu kuatnya image jelek yang melekat pada nama Wahabi, Hasan bin farhan dalam mukadimah kitabnya sebelum masuk ke pembahasan, mengingatkan bahwa pemakaian kata ‘Wahabi’ di tengah pembahasan bukanlah ‘Wahabi’ yang dikenal banyak orang.
Para ustad Wahabi Indonesia berusaha memberi ‘jajanan’ motivasi kepada jemaatnya dengan mengatakan bahwa ajaran Wahabi sesuai dengan ajaran Nabi. Hal ini, karena banyaknya yang malu ketika ditanya, apakah anda Wahabi?


            Sekalipun tidak mau pada nama ‘Wahabi’, kitab ulama mereka dan sejarah telah menjadi saksi bisu kebanggaan golongan tersebut pada nama ini. Syekh panutan Wahabi, Bin Baz menyebutkan dalam kitabnya, Fatawa Nur Alad Darbi bahwa nama Wahabi adalah julukan yang mulia, dan menunjukan bahwa pemiliknya adalah ahli tauhid. Adapun pernyataan an-Nadawi yang mengatakan nisbah yang tepat adalah ‘Muhamadiyah’ telah ditolak oleh orang Wahabi sendiri dalam buku berjudul Daiyah wa Laisa Nabiyan. 

Tamam/Madinah

0 komentar:

Posting Komentar